Thursday, May 24, 2007

Adam Air Tidak Meledak di Udara

Oleh : Canny Watae

Saya tergerak untuk beranalisis mengingat semua analisis yang terpublikasi sejak kasus Adam Air ini terjadi belum ada yang menyertakan detil geografis, dalam artian mencocokkan informasi-informasi koordinat Lintang dan Bujur dengan kondisi alam yang mendekati riil di lapangan. Juga, belum ada yang berusaha memasukkan kesaksian-kesaksian warga secara runut. Saya masih percaya kalau warga pedesaan kita cukup jujur. Orang-orang yang kelewat pintar saja yang salah mengambil kesimpulan dari kesaksian mereka.

Penemuan Tail Horizontal Stabilizer oleh nelayan Bakri di pantai Mallusetasi Kab. Barru memang penemuan yang sangat penting. Tetapi, sejauh ini belum ada yang berteriak “Eureka!”, seperti yang dilakukan Archimedes beberapa ribu tahun yang lalu ketika menemukan hukum berat jenis benda. Bagi saya, yang iseng-iseng “mencari “ pesawat nahas dengan nomor penerbangan KI-574 via layar komputer, temuan Pak Bakri memacu urat spontan saya berteriak Eureka!

Cross-wind 74 knot (130 km/jam) yang menimpa KI-574 seperti yang disampaikan Menhub Hatta Radjasa (Fajar, 5/1), plus kecepatan jelajah pesawat (Cruising Speed) 600-700 km/jam menghasilkan resultan gaya yang cukup besar. Jika arah KI-574 adalah jam 12, maka Cross-wind ini datang dari arah jam 3 (menuju jam 9). Terjadi resultan sebesar antara akar kuadrat dari 600 kuadrat plus 130 kuadrat ( 613 km/jam) dan 700 kuadrat plus 130 kuadrat ( 712 km/jam) dengan arah vektor sekitar jam 11. Arah pesawat bergeser. Fakta menunjukkan pesawat bergeser, Kokpit Adam Air KI-574 sempat meminta ATC Makassar memandunya karena pesawat berubah arah akibat dorongan angin. Dari posisi heading timur-laut, bergeser ke utara. Kemudian oleh ATC Makassar pesawat diminta kembali ke heading semula. Ketika pilot kembali heading timur laut dari posisi heading utara, pesawat bukan lagi kena cross-wind melainkan parallel-wind arah berlawanan. Arah vektor kecepatan pesawat nyaris berlawanan dengan arah angin. Resultan kecepatan pesawat terhadap angin adalah minimal 600 + 130 = 730 km/jam, dan maksimal 700 + 130 = 830 km/jam! Pengecekan saya pada alamat web http://uk.flyasiana.com/travelplanner/travelplanner_aircrafts.asp menunjukkan bahwa kecepatan jelajah maksimum B737-400 adalah 790 km/jam! My God,.... besar kemungkinan gerak relatif KI-574 terhadap angin lebih besar dari pada kecepatan maksimum yang diizinkan.

Tail Horizontal Stabilizer bisa saja menjadi komponen yang paling bekerja keras ketika KI-574 mencapai kecepatan jelajah maksimumnya. Apa tah lagi kondisi udara yang ditembus tidak karu-karuan. Mengapa Tail Horizontal Stabilizer kanan yang lepas? Karena dia-lah yang mengalami masa papar cross-wind hingga parallel-wind terlama. Angin cross sebelumnya datang dari arah kanan. Komponen ini terpental ke arah kiri, ke arah badan pesawat, yang memungkinkan badan pesawat sobek lalu berlubang. Perbedaan tekanan antara kabin dan atmosfer pada ketinggian di atas 30.000 kaki menimbulkan efek hisap yang sangat kuat. Tatakan meja, sandaran jok, life-vest (pelampung), fiber penutup bagasi kabin, isi bagasi kabin, tas, bungkusan makanan, video-monitor di kabin penumpang, semuanya tersedot keluar. Fakta menunjukkan barang-barang tersebut sudah ditemukan para nelayan di perairan Barru dan Pangkep. Penumpang saya perkirakan sedang memakai seat-belt karena sedari awal cuaca jelek. Tidak ada penumpang yang tersedot ke atmosfer! Bakalan tidak ada pula jenazah yang ditemukan di perairan yang membentang sepanjang jazirah Sulawesi Selatan (Pinrang, Parepare, Barru, Pangep, Maros, dan Makassar). Fakta menunjukkan belum ada jenazah dari Adam Air KI-574 yang ditemukan di perairan ini.

Karena kebocoran kabin, pilot berusaha menurunkan ketinggian pesawat sesegera mungkin. Demi penumpang, ia berusaha terbang pada ketinggian yang memungkinkan penumpang bernapas tanpa alat bantu. Penurunan ketinggian yang mendadak ini menimbulkan efek sentakan pada bodi pesawat, mungkin mencapai minus 3G yang memicu trigger ELBA. Penurunan ketinggian ini juga membuat KI-574 tidak bisa terpantau radar. Fakta menunjukkan KI-574 hilang dari pantauan radar ATC Makassar.

Dalam kondisi terbang rendah, sekitar 8000 kaki atau di bawahnya, pesawat terus berusaha mengarah ke Manado (timur-laut). Pesawat melintasi perairan Pinrang/Polewali?Majene, lalu daratan Enrekang, kemudian sampai di atas Tana Toraja. Fakta menunjukkan Saul Palulungan (57 tahun) mendengar suara pesawat (Fajar, 5/1). Di Tana Toraja pilot melakukan manuver tajam ke kiri. Di kiri pesawat ada Bandara Pongtiku, kawasan Rante Tayo, kurang lebih 10 Km dari Makale. Sementara di kanan pesawat adalah Bulu (Gunung) Rante Kombala dan Bulu Rante Mario. Dalam keadaan kehilangan Tail Horizontal Stabilizer (belakangan juga beberapa bagian sayap kanan yang ditemukan di perairan Pinrang, mungkin Aileron yang bertanggung jawab pada gaya angkat pesawat), manuver pesawat sangat berat dan menimbulkan hentakan. Hentakan ini men-trig aktivasi sinyal ELBA. Fakta menunjukkan RCC Singapura sempat menangkap sinyal ELBA pada lokasi ini (Fajar, 3/1).

Usaha mendarat darurat di Bandara Pongtiku gagal. Pesawat susah dikendalikan untuk manuver-manuver halus mengingat salah satu Tail Stabilizer Horizontal, belakangan juga sayap kanan, rusak. Ces-pleng, Bandara Pongtiku berada di daerah perbukitan sebagaimana lazimnya kontur Tana Toraja.

Pilot memutuskan untuk lurus, sebab pada arah lurus ini ada bandara Tampa Padang , Mamuju, Sulawesi Barat.

Dalam lintasan menuju Bandara Tampa Padang, KI-574 harus bermanuver melewati pegunungan, termasuk kawasan Matangnga. Banyak kesaksian warga yang menyatakan mendengar suara gemuruh dan ledakan sepanjang lintasan Toraja – Mamuju ini. Termasuk di antaranya Abu Haris yang kemudian di-cap berbohong. Padahal, ia sendiri tidak pernah menyatakan ada pesawat jatuh. Pernyataannya adalah “ada suara pesawat”.

Di lepas pantai Mamuju, nelayan Baharuddin bersaksi pada Danlantamal VI Makassar bahwa ia melihat pesawat berbadan biru laut melintas dari arah bandara Tampa Padang. Fakta menunjukkan bahwa warna pesawat Adam Air KI-574 bukanlah Oranye seperti lazimnya dalam display-display promosi Adam Air. Warnanya putih (Fajar, foto headline, 12/1). Warna biru laut yang dilihat Baharuddin sangat mungkin akibat pantulan air laut. Pesawat lagi-lagi tak berhasil mendarat di bandara alternatif. Tepat di atas kepala Baharuddin, pesawat belok kiri ke arah daratan Sulawesi. Jika kita memperhatikan peta rupa bumi, tampak bahwa daratan Sulawesi di depan KI-574 adalah pegunungan. Masuk akal ketika Baharuddin mengatakan pesawat kembali ke arah laut. Pesawat menghindari tabrakan dengan gunung. Pilot memilih ditching (mendarat di laut).

Posisi deteksi sonar KRI Fatahillah adalah 02.35.18 LS, 118.48.36 BT. Jarak antara Saksi Baharuddin dan posisi Sonar ini kurang lebih 12,5 KM. Artinya dengan asumsi tinggi mata saksi dari permukaan laut 2m, maka posisi di mana KRI Fatahillah mendeteksi adanya logam bulat, sudah tidak terjangkau lagi oleh Baharuddin. Posisi itu tertutup garis horizon jika dipandang dari tempat saksi berdiri. Saksi sendiri mengaku tidak melihat apakah pesawat tersebut jatuh atau tidak. Yang ada hanya terdengarnya suara gemuruh dan bunyi ledakan. Karena kecepatan suara adalah 340 m/detik, maka ledakan itu terjadi 12.500 / 340 = 37 detik sebelumnya. Antara posisi Saksi dan saat pesawat berbalik arah ke laut jaraknya 3 nm, dan dari posisi balik arah ini ke Sonar KRI Fatahillah 10 nm. Total lintasan pesawat dari Saksi hingga Sonar adalah 13 nm atau 25 km. Waktu tempuh jarak 25 km itu oleh pesawat dengan kecepatan 700 km/jam adalah 25/700 jam = 0,036 jam atau 128,5 detik. Jadi antara pesawat melintasi posisi saksi hingga saksi mendengar ledakan adalah 128,5 + 37 = 165,5 detik. Antara 2 hingga 3 menit. Persis seperti kesaksian Baharuddin pada Danlantamal VI Makassar. Secara ilmiah-matematis kesaksian Baharuddin bisa dipertanggungjawabkan.

Pesawat, menurut saya, ditching di lepas pantai Mamuju. Pilot Revri A. Widodo dan Co-Pilot Yoga berusaha maksimal. Namun, tanpa Tail Stabilizer Horizontal dan sayap kanan yang rusak, ditching tidak mulus. Pesawat turun ke laut dengan sudut elevasi yang cukup besar. Mungkin saja 45 derajat.

Kesimpulan:

  1. Adam Air KI-574 jatuh di perairan Mamuju di sekitar lokasi deteksi sonar KRI Fatahillah.
  2. Adam Air KI-574 tidak meledak di udara
  3. Semua penumpang dan awak pesawat masih berada di badan pesawat, di dasar laut.

Prediksi:

  1. Serpihan Adam Air KI-574 berada di sekitar lintasan. Yang jatuh di laut akan terbawa arus ke pantai mulai dari lepas pantai Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, hingga Makassar termasuk pulau-pulau Spermonde (Pantai Barat Jazirah Sulawesi Selatan). Di darat di kawasan Pinrang, Enrekang, Toraja, Matangnga, dan Mamuju).
  2. Tidak akan ada jenazah penumpang yang ditemukan terdampar di pantai barat Jazirah Sulawesi Selatan (Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, dan Makassar).
  3. Serpihan dari dalam kabin penumpang semuanya berdimensi kecil, tidak melebihi besar lubang sobekan pada badan pesawat.

Satu hal perlu saya tambahkan. Pilot Revri dan Co-Pilot Yoga orang hebat. Dalam kondisi pesawat susah untuk dikendalikan, mereka masih sanggup mencari lokasi pendaratan yang aman bagi penumpangnya.

Semoga Tuhan Menyertai Kita Semua, dan Keluarga Korban Tabah. Amien.
canny_watae@yahoo.co.uk


Dukungan Gambar

1. Lost Contact Point





2. Pesawat Manuver ke Arah Bandara Pongtiku, Toraja. Di sebelah kanan ada Bulu Rantekombala dan Bulu Rantemario. Akibat manuver tajam timbul hentakan keras yang memicu pancaran ELBA yang terlacak oleh RCC Singapura





3. Bandara Pongtiku sulit untuk tercapai, pesawat lurus ke Bandara Tampa Padang, Mamuju






4. Manuver pesawat di sekitar bandara Tampa Padang, disaksikan oleh Nelayan Baharuddin.










5. Tinjauan lintasan secara keseluruhan sejak hilang kontak hingga mendarat di laut



Tuhan Sembilan Senti

Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta
diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak
rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen
sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang
goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang
perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan
yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul
khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah
dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara
menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.